BENARKAH IBU HAMIL YANG SEDIH, BAYINYA JUGA IKUT SEDIH?


Ternyata asal tak berlarut-larut hal ini justru berdampak positif. Kok bisa?
Anggapan yang kerap terdengar di masyarakat ini memang bukan sekedar kepercayaan belaka. Meski secara fungsi belum siap, perkembangan saraf dan otak jsutru sudah terjadi ketika janin terbentuk di dalam kandungan.
"Sejak dinyatakan 'telat' (hamil), otak sudah terbentuk, memori mulai terekam di otak janin. Itu sebabnya ketika lahir, bayi perlu diberi stimulus yang menjadi dasar untuk tahap hidup berikutnya," ujar Anne Gracia, pakar neurosains terapan.
Anne menjelaskan, bayi di dalam kandungan memiliki kemampuan menangkap sense. Apa yang dirasakan sang ibu, dirasakan pula oleh si bayi.
"Misalkan seorang ibu hamil sedang merasa marah lalu membanting barang. Tentu bukan peristiwanya yang terekam, tapi perasaan marah berupa sensasi deg-degan yang dialami ibu yang akan ditangkap atau dirasakan bayi dalam kandungan," ujar Anne lagi.
Dan ternyata hal ini memiliki dampak positif, lho. Apa maksudnya?
"Tentu saja dinamika emosi ibu hamil yang beragam perlu dirasakan oleh bayi. Jangan takut kalau tiba-tiba merasa sedih atau galau ketika hamil karena anak juga harus tahu berbagai jenis emosi tadi. Yang penting, ibu hamil sedihnya jangan berlarut-larut."
Manfaat anak yang merasakan berbagai pengalaman emosi tadi diyakini Anne akan berguna sebagai tabungan hidup.
"Kalau orang dewasa punya kontrol emosi di mana kendalinya terletak di otak bagian depan. Nah, pada anak otak bagian depan baru terbangunkan dengan semua pengalamannya di usia 15 tahun. Anak jadi tahu kapan waktunya mengeluarkan emosi dan tiap emosi itu untuk apa," papar ibu satu anak ini.
Oleh karena itu, memproses emosi anak dari usia bayi sampai dewasa itu penting, "Supaya emosinya bisa tersalurkan dengan tepat. Misalkan agar anak tak terlibat tawuran," kata Anne lagi.
Ade Ryani