Tulisan ini bukan untuk membela Jokowi. Tetapi untuk meluruskan pemahaman dan aqidah kita, baik dengan dalil naqliyah maupun dalil aqliyah.
Miris, mungkin demikian. Di saat musibah melanda ratusan jamaah haji, ada orang-orang yang mencoba menguhubung-hubungkannya dengan kedatangan Jokowi. Seakan-akan mau menarik benang merah, bahwa karena Jokowi-lah musibah itu terjadi.
“Crane timpa ratusan jamaah di Makkah, saat Jokowi mendarat di Jeddah,” demikian judul salah satu media nasional.
“Kedatangan Jokowi ke Arab Saudi “Disambut” Tragedi,” demikian judul di media lain.
“Kedatangan Jokowi ke Arab Saudi “Disambut” Tragedi,” demikian judul di media lain.
Komentar-komentar netizen menunjukkan bahwa pesan dari judul berita itu ditangkap oleh pembaca.
“Apa jangan-jangan dia emang bawa sial,” tulis seorang netizen.
“Entahlah.. murka alam selalu mengiringi kedatangannya,” jawab netizen lainnya.
“Apa jangan-jangan dia emang bawa sial,” tulis seorang netizen.
“Entahlah.. murka alam selalu mengiringi kedatangannya,” jawab netizen lainnya.
Islam mengajarkan bahwa segala musibah datangnya dari Allah, tidak terkait dengan kedatangan atau kehadiran seseorang. Allah mengajarkan ketika ada musibah, seorang muslim mengucapkan istirja’.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“(orang-orang yang sabar) yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengatakan ‘inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya akan kembali)” (QS. Al Baqarah: 155)
Ucapan istirja’ ini bukan hanya menunjukkan tawakkal kepada Allah dan sikap sabar, namun juga mengakui bahwa yang bisa memberikan manfaat dan madharat hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika menafsirkan surat Al A’raf ayat 173, Mujahid dan mufassir lainnya dari kalangan tabi’in, mengutip kisah keluarga Fir’aun ketika mendapatkan musibah mereka mengatakan “ini karena Musa dan sahabat-sahabatnya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang tathayyur. Yakni merasa akan sial jika ada tanda-tanda tertentu, baik burung ataupun makhluk lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَلاَ طِيَرَةَ
“Tidak ada thiyarah/tathayyur” (HR. Bukhari)
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
“Tathayyur adalah syirik, tathayyur adalah syirik” (HR. Abu Daud)
Menganggap seseorang selalu mendatangkan sial, termasuk bagian dari tathayyur.
Selain tertolak secara dalil naqli, anggapan seseorang selalu mendatangkan sial juga tertolak secara aqliyah. Keyakinan bahwa kedatangan seseorang selalu disambut musibah juga tertolak secara aqliyah.
Dalam kasus ini Jokowi. Ternyata sebelum ini Jokowi pernah datang ke Makkah untuk umrah. Dan ternyata tidak terjadi musibah apa-apa. Artinya, tidak ada hubungannya musibah ini dengan kedatangan seseorang dan tidak boleh meyakini seseorang selalu membawa sial. Wallahu a’lam bish shawab. [Syaifullah/Bersamadakwah]